Calon Guru di Sumba Memilih Menjadi Petani Milenial
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan Indonesia membutuhkan regenerasi petani untuk bisa mewujudkan pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Peran petani milenial amat dinanti negara untuk bisa menciptakan inovasi pertanian dari hulu ke hilir sehingga menciptakan nilai tambah komoditas pertanian.
Selain itu, Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi juga menyatakan keberadaan petani milenial dibutuhkan karena merupakan penerus dari pembangunan pertanian di Indonesia.
Di Kabupaten Sumba Barat Daya Provinsi Nusa Tenggara Timur, dua anak muda tergerak hatinya untuk menjadi petani milenial. Keduanya ialah Stefanus Gh. Bora dan Stefanus Seingo Kii, yang melaksanakan budidaya tanaman hortikultura di Desa Rama Dana.
Sudah 3 tahun mereka menggeluti usaha tani di tanah seluas 1,25 hektar. Komoditas yang mereka budidayakan ialah cabai, tomat, hingga bawang merah. Teknologi irigasi tetes mereka gunakan dari alat dan bahan yang sederhana. Pekerjaan sehari-hari di usaha tani dibantu oleh 3-4 tenaga kerja dari desa mereka sendiri. Ketika ditanya Tim SMK-PP Negeri Kupang, mereka menyatakan bisa meraup omzet hingga 15 juta per bulan. Tentu usaha tersebut juga merupakan buah bantuan dari banyak pihak. Keduanya tergabung di Kelompok Tani Tunas Muda, yang menjadi wadah berbagi dan belajar bersama.
Sebetulnya, kedua petani milenial ini merupakan calon guru. Pendidikan bagi calon guru telah ditempuh. Namun, keduanya tergerak menjadi petani karena melihat Sumba Barat Daya yang kerap mendatangkan kebutuhan pangan hortikultura dari luar daerah. Harapan mereka sederhana, yakni bisa memasok kebutuhan pangan di Kabupaten Sumba Barat Daya sendiri, juga memasok ke daerah-daerah lain di masa depan.